Akhirnya, Terjawab Sudah Teka-Teki Kurikulum Untuk Madrasah


Setelah melalui masa-masa penantian belum jelasnya kurikulum yang akan diterapkan, akhirnya Menteri Agama mengeluarkan surat keputusan pemberlakuan kurikulum yang akan dipakai oleh seluruh madrasah di tanah air mulai semester dua nanti. Awalnya kekhawatiran muncul di kalangan pendidik mengingat semakin dekatnya hari awal masuk semester dua. Melalui surat keputusan ini, diharapkan tidak ada lagi asumsi-asumsi yang muncul, baik yang pro maupun kontra, karena keputusan ini diberlakukan bagi seluruh madrasah di bawah naungan Kemenag tanpa terkecuali.

Sebagaimana diketahui, semua elemen pendidikan di tanah air baru saja mengalami kebingungan pasca diberhentikannya Kurikulum 2013 yang sudah berjalan selama satu semester (sebagian sudah tiga semester). Keputusan ini menuai kontroversi, sebab sudah ada sekolah dan madrasah yang jauh-jauh hari telah mempersiapkan diri demi suksesnya kurikulum ini di lembaganya masing-masing. Keputusan ini dianggap mengebiri upaya-upaya itu. Bahkan sekolah-sekolah di Jawa Timur dikabarkan berkomitmen untuk melanjutkan K-13, meskipun itu tidak sesuai  dengan intruksi Mendikdasmen.

Di sisi lainnya, banyak juga sekolah yang mendukung pemberlakuan kembali KTSP. Umumnya mereka beranggapan bahwa substansi kurikulum 2013 secara filosofis cenderung bersifat sekularistik.  Hal ini ditunjukkan dengan adanya pemisahan kompetensi inti spiritual dan sosial. Dalam tataran praktis, buku-buku yang dikirim ke lembaga-lembaga juga tidak tepat waktu. Kebanyakan sekolah menerima buku pegangan ketika semester satu sudah berlangsung. Bahkan mapel agama di madrasah-madrasah baru sampai di lembaga saat memasuki sepertiga akhir semester. Selain itu, kritik terhadap K-13 juga ditambah dengan penilaian yang menyeluruh. Guru yang belum terbiasa pasti membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk beradaptasi terhadap jenis penilaian seperti ini.

Adanya perbedaan pandangan mengenai K-13 membutuhkan solusi yang tepat. Dalam hal ini, agaknya Kementerian Agama ingin mengakomodir semua pendapat itu. Melalui Surat Keputusan Menteri Agama No. 271 Tahun 2014, semua madrasah diinstruksikan untuk menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada mata pelajaran umum dan menerapkan Kurikulum 2013 pada mata pelajaran agama. Ini agaknya dapat menjadi jalan tengah bagi problem yang terjadi. Madrasah yang sebelumnya getol ingin mempertahankan K-13, diharapkan membuktikan kelancaran pelaksanaan kurikulum ini pada mapel agama. Sedangkan bagi yang memang belum siap dengan K-13, masih terakomodir dengan diterapkannya kurikulum lama pada mapel umum, sekaligus mempersiapkan diri menyongsong pemberlakuan kurikulum secara keseluruhan yang kabarnya dilakukan pada 2019 nanti.

Sahabat MI yang ingin mengetahui surat keputusan Menteri Agama terkait pemberlakuan kurikulum madrasah dapat mengunduhnya di link berikut:

Sehatkah Jajanan Yang Dikonsumsi Anak-Anak Kita?

Saat jam istirahat, berbagai kegiatan dilakukan oleh anak didik. Mulai dari berbincang bersama teman, bermain, mempersiapkan ulangan, membaca buku, atau memanfaatkan uang saku untuk membeli jajan. Kegiatan yang terakhir ini dilakukan oleh mereka yang tidak membawa bekal dari rumah. Dengan alasan malas atau tidak disiapkan orang tua, anak-anak ini lebih memilih mengkonsumsi jajan atau makanan yang tersedia di lingkungan madrasah.

Pola konsumsi anak di lingkungan madrasah sebenarnya tergantung dari kebijakan atau peraturan yang ditetapkan oleh pihak madrasah. Sebagaimana kita lihat, setiap madrasah berbeda-beda dalam membuat kebijakan terkait hal itu. Ada yang membebaskan mereka untuk membeli makanan jenis apapun selama masih di lingkungan madrasah, ada yang memberikan larangan untuk jenis makanan tertentu, ada juga yang melarang siswa mengkonsumsi makanan dalam jumlah tertentu dengan cara membatasi uang saku mereka, bahkan ada juga yang melarang siswa membeli semua jenis makanan selain yang disediakan kantin madrasah. Tentunya semua kebijakan diambil dengan melihat situasi yang ada. Beberapa melihat makanan yang disediakan penjual yang bebas berjualan di sekitar madrasah masih dikategorikan aman, sehingga belum perlu diadakan pembatasan. Sedang yang lain melihat makanan dari penjual di luar madrasah mengandung bahan yang berbahaya, sehingga perlu dilakukan pembatasan.

Dari data yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), sebagaimana dikutip dari Republika.co.id, menyebutkan bahwa 40 hingga 44 persen jajanan anak sekolah mengandung bahan berbahaya atau bahan pangan tambahan yang melebihi batas. Jumlah ini cukup membuat miris, sekaligus mengindikasikan seolah-olah hampir setiap hari anak-anak kita mencerna bahan pengawet, pemanis buatan, pewarna dan bahan-bahan berbahaya lainnya.


Hasil penelitian tersebut seyogyanya segera kita respon. Pihak madrasah bekerjasama dengan dinas kesehatan setempat, seperti puskesmas, perlu melakukan pemantauan secara berkala. Kalaupun ternyata jenis makanan berbahaya tidak kita temukan, paling tidak kita sudah memberi warning kepada para penjual agar senantiasa menjaga kesehatan makanan. Sedangkan bila ternyata terbukti ada jenis makanan yang mengandung bahan berbahaya, maka kita bisa segera meminta penjual untuk menghentikan penjualan makanan itu. Semua itu sebagai upaya kita mencegah munculnya gejala-gejala sakit yang diderita anak akibat mengkonsumsi makanan di madrasah.


Selain bekerjasama dengan dinas kesehatan, penting juga bagi guru untuk secara mandiri mensosialisasikan langkah-langkah membeli jajan yang aman kepada anak didik. Dalam hal ini, kita para guru bisa mengadopsi langkah-langkah aman membeli pangan yang dicanangkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), yang disebut dengan Lima Kunci Keamanan Pangan.

Pertama, beli di tempat yang bersih. Lokasi penjualan yang bersih merupakan hal pertama yang perlu dilihat saat hendak membeli makanan. Di tempat yang bersih, makananpun cenderung terjaga kebersihannya. Sebaliknya di tempat yang kotor, makanan berpotensi tercemar oleh bau maupun serangga yang muncul.


Kedua, beli dari penjual yang sehat dan bersih. Selain tempat, faktor penjual tidak bisa dikesampingkan. Bila penjual senantiasa menjaga kebersihan dirinya, seperti selalu mencuci tangan dengan baik dan teratur, makanan yang disajikan pun bisa dijamin kebersihannya.


Ketiga, pilih makanan yang telah dimasak. Hendaknya memilih makanan yang masih baru, jangan sampai membeli makanan yang sudah dimasak lebih dari satu hari. Selain itu, hindari juga mengkonsumsi makanan yang kurang matang.


Keempat, beli pangan yang dipajang, disimpan, dan disajikan dengan baik. Wadah penyimpanannya bersih. Hindari pembelian makanan yang dibungkus kain koran atau plastik bekas.

Kelima, konsumsi makanan secara benar. Bila ingin mengkonsumsi buah dan sayuran yang masih  mentah, maka harus dicuci bersih terlebih dahulu. Jangan membeli makanan yang bau dan terlihat sudah basi atau berlendir.

Demikianlah lima langkah aman membeli makanan. Sosialiasi mengenai langkah-langkah ini kepada anak-anak harus segera dilakukan. Selanjutnya kita tinggal memantau bagaimana pola jajan mereka, apakah sudah sesuai dengan yang kita harapkan atau belum. Jika belum, teguran harus diberikan. Jangan sampai karena kelalaian kita, anak-anak menjadi korban tidak sehatnya makanan yang dijual di lingkungan madrasah kita.

by azzam arifin

Olimpiade Matematika Nasional (OMN) SMK Telkom Malang 2015


Menghadapi perkembangan teknologi dan informasi yang demikian cepat, sudah saatnya kita para pendidik menanamkan nilai-nilai kompetitif pada diri anak didik. Naluri suka berkompetisi penting dimiliki siswa, sebab karakter ini akan menjadi modal baginya untuk terus berkembang. Selain itu, siswa yang berkarakter seperti ini akan punya mental yang kuat, tahan terhadap rintangan, serta tidak mudah putus asa ketika mengalami kegagalan. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk memupuk karakter ini adalah dengan sering mengikutkan mereka pada lomba-lomba sesuai dengan bakat dan minatnya.

Salah satu opsinya, Sahabat MI khususnya yang berada di wilayah Jawa Timur, bisa mendaftarkan anak didiknya dalam Olimpiade Matematika Nasional (OMN) yang diselenggarakan oleh SMK Telkom Malang yang akan dilaksanakan pada tanggal 14 Februari 2015. Dilihat dari jenisnya, lomba ini tergolong dalam lomba akademik. Tentunya ini menjadi kesempatan besar bagi anak didik yang berbakat di bidang matematika untuk menambah pengalamannya berkompetisi di tingkat nasional.

Sebagai informasi awal, silahkan Bapak/Ibu mendownload terlebih dahulu berkas lomba pada link di bawah ini :


Berkas lomba pada link tersebut terdiri dari brosur, undangan, petunjuk teknis (juknis), latihan soal, dan contoh lembar jawaban.

Selanjutnya, bila Bapak/Ibu benar-benar berminat mengikutkan anak didiknya dalam kompetisi ini bisa melihat detail lomba lebih lengkap di laman resmi SMK Telkom Malang atau media sosial di bawah ini,

Twitter : @omntelkom
Facebook : omn telkom
Telp. : 081357278018 (sms) / 0341-582260 (call)

Sebagaimana umumnya kompetisi, pasti ada fasilitas bagi semua peserta dan tentunya hadiah yang menunggu bagi peserta terbaik. Bahkan pihak penyelenggara menyediakan uang tunai jutaan rupiah dan study tour ke luar negeri bagi 3 terbaik. Tapi sekali lagi, menurut hemat saya, jauh lebih penting dari kertas sertifikat maupun hadiah-hadiah tersebut adalah pengalaman mereka untuk menjadi modal ke depannya mengarungi kehidupan yang semakin kompetitif ini.

Membuat LPJ BSM Juli-Desember 2014


Bantuan Siswa Miskin (BSM) adalah program pemerintah yang ditujukan bagi siswa kurang mampu yang mengenyam pendidikan formal yang diselenggarakan pemerintah, dengan tujuan meringankan beban operasional siswa selama menjalani proses belajar. Keberadaan BSM dapat dikatakan wujud nyata peran pemerintah dalam merealisasikan Undang-Undang Dasar 1945 yang dalam dalam salah satu pasalnya menyebutkan bahwa negara menjamin hak tiap-tiap individu untuk mengenyam pendidikan.

Sistem yang digunakan dalam penyaluran BSM untuk saat ini adalah sistem langsung. Pada awalnya madrasah mengajukan nama-nama siswa yang masuk dalam kategori tidak mampu sesuai kuota yang ditetapkan. Setelah disahkan, selanjutnya dana BSM disalurkan langsung ke rekening tiap-tiap siswa, baru kemudian pihak madrasah –dalam hal ini kepala madrasah- menyalurkan dana itu kepada siswa yang bersangkutan sekaligus membuat laporan pertanggungjawaban.

Proses penyaluran BSM dilaksanakan secara periodik. Untuk beberapa tahun terakhir, pencairan dilaksanakan tiap satu semester, yakni periode Januari- Juni (periode I) dan periode Juli-Desember (periode II). Kebijakan seperti ini cukup menguntungkan madrasah, mengingat ada jangka waktu yang cukup bagi madrasah untuk melakukan seleksi, melengkapi administrasi pengajuan, dan membuat laporan pertanggungjawaban.

Meskipun prosesnya tampak sederhana, tapi program BSM menyimpan banyak permasalahan. Salah satu yang cukup menonjol adalah adanya kuota jumlah siswa yang boleh diajukan untuk menerima dana ini. Biasanya, penetapan kuota ini didasarkan pada jumlah siswa secara keseluruhan. Semakin banyak siswanya, maka jatah siswa tidak mampu yang berhak diajukan madrasah juga semakin banyak. Penetapan kuota beradarkan presentase jumlah siswa seperti ini sebenarnya bisa diperdebatkan. Apakah madrasah dalam jumlah banyak pasti punya siswa kurang mampu yang banyak pula, dan begitu pula sebaliknya? Maka dalam hal ini pihak madrasah harus pintar-pintar menyusun skala prioritas untuk siswa-siswa calon penerima bantuan ini. Jika mendapat jatah 50 misalnya, maka 50 siswa itulah yang lebih diprioritaskan mendapat bantuan.

Permasalahan lain yang muncul adalah tidak adanya jadwal tetap kapan harus melakukan pengajuan, kapan dicairkan, dan kapan membuat laporan pertanggungjawaban. Informasi dari Kemenag seperti berkas pengajuan harus dikumpulkan dua hari lagi, laporan harus selesai dalam tiga hari, seolah sudah menjadi hal yang biasa. Agak mengherankan memang, program yang sudah berjalan bertahun-tahun ini masih saja tidak bisa dibuat jadwal yang pasti. Memang harus diakui, dalam perealisasiannya pihak Kemenag harus berkoordinasi dengan Kementerian lain yang terkait, seperti Kementerian Keuangan. Namun sikap inkonsistensi seperti ini lagi-lagi membuat madrasah kerepotan.

Kita ambil contoh untuk pencairan BSM yang terakhir (periode Juli-Desember 2014). Pencairan dilaksanakan tanggal 23 Desember 2014. Untuk form laporan diberikan via email tanggal 27 Desember 2014, sekaligus memberi batas waktu selesai pengerjaan sampai tanggal 31 Desember 2014. Kalau hari-hari efektif, tenggat waktu tiga hari bisa dikejar, la ini lho sedang liburan. Meskipun pihak madrasah benar-benar menyalurkan dana itu kepada yang siswa yang bersangkutan, sulit rasanya mereka menyusun data laporan yang benar-benar reliabel.

Maka, kekhawatiran yang muncul dari problem semacam ini adalah reliabilitas data laporan BSM. Bagaimanapun, data itu sendiri nantinya akan dijadikan bahan evaluasi perbaikan ke depan. Lha kalau semakin lama justru semakin tidak jelas jadwal step by step nya, maka perbaikan kualitas program BSM akan sulit terwujud.

Bendiljati Wetan, 29 Desember 2014
Azzam Arifin

Menemukan Foto-Foto Jadul


Tepat pukul 09.00 WIB, saya teringat sms dari Pak Nuril tadi malam. Beliau mengajak saya kerja bakti membersihkan kantor madrasah pagi ini. Saya berharap beliau tidak lupa. Segera saya kirimkan sms terkait itu untuk memastikan jadi atau tidaknya kerja bakti ini.

Beliau menyanggupi. Saya bergegas menuju madrasah. Saat tiba di depan gerbang, saya melihat sudah ada kegiatan di sana. Ada dua orang, yang satu sedang mengecor bangunan kecil mirip rumah-rumahan, satunya lagi duduk di dekatnya. Tak perlu pikir panjang saya bisa memastikan beliau yang duduk itu adalah Pak Sukani, kepala desa. Lantas, apa yang dikerjakannya disini?

Saya ingat. Beberapa bulan yang lalu, beliau berkunjung ke madrasah. Waktu itu, beliau memberikan dua buah marka jalan. Memang, jalan depan madrasah termasuk jalan yang ramai. Hal itulah yang mendorongnya untuk menyumbangkan marka itu. Di sela-sela kunjungan itulah, beliau berjanji akan membuat podium di halaman. Podium itu nantinya digunakan sebagai tempat berdirinya pembina upacara.

Saya yakin beliau menunggu momen liburan ini untuk merealisasikan niatnya itu. Saya menghampiri beliau.
“Ini mas, nanti pembinanya disini.” ujar beliau.
Saya mencoba berterima kasih, “Wah kayaknya pas masuk nanti anak-anak banyak yang kaget pak”
Beliau tersenyum mendengar itu.

Setelah bercakap-cakap sebentar, saya minta izin ke kantor dulu. Tampaknya Pak Nuril sudah menunggu cukup lama.

Hampir satu jam saya mengacak-acak almari yang isinya kertas berserakan. Di antara kertas-kertas yang dianggap tak berharga itu, saya menemukan beberapa lembar kertas yang menurut saya berharga. Album foto kegiatan madrasah sejak tahun 1986 ada disana. Setiap melihat satu foto jadul, saya selalu berhenti sejenak untuk mengenang saat saya masih menjadi siswa di madrasah ini. Benar-benar ini hadiah untuk kerja hari ini. Saya putuskan untuk membawa pulang semua foto yang saya temukan.
Sampai rumah, saya membuka kembali lembar demi lembar foto itu. Benar-benar ingatan saya tertuju kepada bapak/ibu guru yang mengajar saya dulu. Sekarang mereka sudah pensiun. Senyum khas mereka masih terekam jelas di ingatan saya. Semoga amal baktimu mendapat ganjaran dari Allah SWT, amiin.

Bendiljati Wetan, 28 Desember 2014
Azzam Arifin

Membagikan Raport Kurtilas


Hari ini saya dititipi oleh Pak Masroni untuk membagikan raport siswa kelas 4. Beliau berhalangan datang ke madrasah, karena masih mengikuti kegiatan pramuka di kampus STAI Dipenegoro, Ngantru. Ini adalah kali pertama saya membagikan raport siswa. Maklum, saya tidak menjabat sebagai wali kelas.
Saya sebenarnya yakin tidak akan menemui kesulitan melaksanakan tugas ini. tapi ada sedikit hal yang sedikit mengganjal, terutama soal raport itu sendiri yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Raport kurikulum 2013 terdiri atas banyak lembar. Kalau sebelumnya di raport KTSP cukup dua sampai tiga lembar, kali ini paling tidak ada 14 lembar hasil belajar yang akan diterima siswa. Keraguan saya tak lain adalah apabila ada siswa yang bertanya mengenai bentuk penilaian baru seperti ini. Tentu saja ini sangat mungkin terjadi. Terlebih siswa kelas 4 terkenal cukup berani menyampaikan pertanyaan kepada guru yang sedang mengajar di kelas.
Keraguan itu coba saya jawab dengan modal yang saya miliki. Beberapa hari terakhir saya ikut membantu menyelesaikan pengerjaan raport kelas 4 ini. Meskipun hanya bantu mengetik, tapi cukuplah untuk sedikit mengetahui isi raport baru ini. Selain itu, saya juga cukup aktif memantau perkembangan kurikulum baru, sehingga substansinya sedikit-sedikit saya kuasai.
Benar saja. Anak-anak yang melihat bentuk raport yang tidak seperti biasanya itu satu persatu mulai bertanya. Mulai dari banyaknya deskripsi dalam penilaian dan tidak hanya berbentuk angka-angka seperti biasa, lalu tidak adanya peringkat kelas, tanda tangan orang tua yang cukup banyak, dan lain-lain. Pertanyaan demi pertanyaan saya tampung terlebih dahulu, agar semua siswa bisa bertanya. Seandainya saya jawab langsung, maka kemungkinan hanya ada beberapa pertanyaan yang tertampung, mengingat waktu yang hanya dua jam.
Saya merasa benar-benar ditantang. Saya yang notebene tidak mengajar kurikulum 2013, tapi mendapat amanat menjelaskan bentuk dan isi raportnya. Di benak saya tidak hanya tergambar anak-anak yang bergantian bertanya, tapi orang tua mereka di rumah yang kini sedang menunggu pasti juga menyimpan pertanyaan.
Setelah semua anak puas mengajukan pertanyaan, saya mengajak semua siswa untuk membuka lembar demi lembar, mulai halaman satu sampai terakhir. Tiap lembar saya jelaskan isinya, termasuk yang ada pertanyaan dari siswa. Dengan metode ini saya berharap waktu yang dibutuhkan lebih efisien, karena tidak perlu menjawab pertanyaan mereka secara terpisah-pisah.
Belum kelar halaman terakhir, saya melihat beberapa kelas lain sudah selesai membagikan raport. Anak-anak sudah diperkenankan pulang. Saya melihat jam dinding, ternyata waktu memang sudah mengharuskan mereka pulang ke rumah masing-masing. Akhirnya, saya berusaha mempercepat penjelasan pada sisa halaman berikutnya.
Semoga penjelasan saya bisa membuat anak-anak paham mengenai isi raport kurikulum 2013. Dan juga mereka bisa menyampaikannya kepada orang tua di rumah.

Bendiljati Wetan, 26 Desember 2014
Azzam Arifin  

Penataan Bangku Kelas


Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa kecenderungan belajar siswa tidaklah sama. Pada hari tertentu, mereka sangat antusias menjalani kegiatan pembelajaran, namun di hari yang lain, mereka tampak kurang semangat dan terkesan malas belajar. Bagi kita para guru, hal tersebut harus segera kita sikapi dan cari solusinya.

Dala hal ini, pengaturan bangku kelas menjadi alternatif menarik bagi terciptanya suasana belajar yang dinamis dan tidak monoton. Melalui penataan bangku yang variatif, siswa diharapkan lebih terpacu semangat belajarnya, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik.

Ada banyak formasi pengaturan bangku kelas , diantaranya bentuk auditorium, lingkaran, huruf U, dan lain-lain. Untuk lebih lengkapnya, berikut formasi pengaturan bangku dalam kelas sebagaimana dikutip dari buku berjudul Metode Edutainment karya Moh Sholeh Hamid.

1. Formasi Tradisional (Konvensional)
Formasi konvensional adalah formasi yang biasa kita temui dalam kelas-kelas tradisional yang memungkinkan para siswa duduk berpasangan dalam satu meja dengan dua kursi.
Adapun bentuk formasi tradisional adalah seperti gambar di bawah ini:

Formasi Tradisional

2. Formasi Auditorium
Formasi auditorium merupakan tawaran alternatif dalam menyusun ruang kelas. Meskipun bentuk auditorium menyediakan lingkungan yang sangat terbatas untuk belajar aktif, namun hal ini dapat dicoba untuk mengurangi kebosanan siswa yang terbiasa dalam penataan ruang secara konvensional (tradisional). Jika tempat duduk sebuah kelas dapat dengan mudah dipindah-pindahkan, maka guru dapat membuat bentuk pembelajran ala auditorium untuk membentuk hubungan yang lebih erat, sehingga memudahkan siswa melihat guru.
Adapun bentuk formasi auditorium adalah seperti gambar di bawah ini:

Formasi Auditorium

3. Formasi Cevron
Bentuk cevron mungkin bisa sangat membantu dalam usaha mengurangi jarak antar siswa maupun antar siswa dengan guru, sehingga siswa dan guru mempunyai pandangan yang lebih baik terhadap lingkungan kelas dan mampu aktif dalam pembelajaran di kelas. Formasi ini memberikan sudut pandang baru bagi siswa, sehingga mereka mampu menjalani proses belajar-mengajar dengan antusias, menyenangkan, dan terfokus.
Adapun bentuk formasi cevron adalah seperti gambar di bawah ini:
Formasi Cevron

4. Formasi Kelas Bentuk Huruf U
Formasi kelas bentuk huruf U sangat menarik dan mampu mengaktifkan para siswa, sehingga mampu membuat mereka antusias untuk mengikuti pelajaran. Dalam hal ini guru adalah orang yang paling aktif dengan bergerak dinamis ke segala arah dan langsung berinteraksi secara langsung, sehingga akan mendapatkan respon dari pendidik secara langsung.
Adapun bentuk formasi kelas bentuk huruf U adalah seperti gambar di bawah ini:
Formasi Kelas Huruf U

5. Formasi Meja Pertemuan
Formasi meja pertemuan biasanya diseenggarakan di tempat-tempat pertemuan dan seminar, baik di hotel maupun gedung pertemuan. Formasi ini dapat digunakan dengan cara membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompok tersebut mempunyai meja pertemuannya sendiri-sendiri.
Adapun bentuk formasi meja pertemuan adalah seperti gambar di bawah ini:
Formasi Meja Pertemuan

6. Formasi Konferensi
Formasi konferensi sangat bagus digunakan dalam metode debat saat membahas suatu permasalahan yang dilontarkan oleh pendidik, kemudian membiarkan para siswa secara bebas mengemukakan berbagai pendapat mereka. Denagn begitu akan didapatkan sebuah kesimpulan atau bahkan dapat memunculkan permasalahan baru yang bisa dibahas lagi pada pertemuan berikutnya. Untuk bisa membentuk formasi konferensi, meja yang harus digunakan adalah meja panjang yang didekatkan satu per satu dalam bentuk memanjang, persegi panajang.
Adapun bentuk formasi konferensi adalah seperti gambar dibawah ini :
Formasi Konferensi

7. Formasi Pengelompokan Terpisah (Breakout Groupings)
Jika ruangan kelas memungkinkan atau cukup besar, guru dapat meletakkan meja-meja dan kursi dimana kelompok kecil dapat melakukan aktifitas belajar yang dipecah menjadi beberapa tim. Guru dapat menempatkan susunan pecahan, pecahan kelompok tersebut berjauhan, sehingga tidak saling mengganggu. Tetapi, hendaknya dihindari penempatan ruangan kelompok-kelompok kecil yang terlalu jauh dari ruang kelas supaya mudah diawasi.
Adapun bentuk formasi pengelompokan terpisah (breakout groupings) adalah seperti gambar di bawah ini:
Formasi Breakout Groupings

8. Formasi Tempat Kerja
Formasi tempat kerja tepat jika dilakukan dalam lingkungan tipe laboratorium, dimana setiap siswa duduk pada satu tempat untuk mengerjakan tugas, tepat setelah didemonstrasikan.
Adapun bentuk formasi tempat kerja adalah seperti gambar di bawah ini:
Formasi Tempat Kerja

9. Formulasi Kelompok untuk Kelompok
Formasi kelompok untuk kelompok adalah formasi di mana terdapat beberapa kelompok yang duduk dalam satu meja persegi berukuran besar (bisa juga dengan membuat beberapa meja dijadikan satu menjadi meja besar), sehingga setiap kelompok duduk saling berhadapan. Susunan ini memungkinkan guru untuk melakukan diskusi atau menyusun permainan peran, berdebat atau observasi pada aktivitas kelompok.
Adapun bentuk formasi kelompok untuk kelompok adalah seperti gambar di bawah ini:
Formasi Kelompok Untuk Kelompok

10. Formasi Lingkaran
Formasi lingkaran adalah formasi yang disusun melingkar tanpa menggunakan meja dan kursi. Formasi ini digunakan untuk melakukan pembelajaran dalam satu kelompok, dimana guru memiliki peran untuk membimbing dan mengarahkan jalannya pembelajaran tersebut.
Adapun bentuk formasi lingkaran adalah seperti gambar di bawah ini:
Formasi Lingkaran

11. Formasi Peripheral
Jika guru menginginkan siswa memiliki tempat untuk menulis, hendaknya digunakan susunan peripheral, yakni meja ditempatkan di belakang siswa. Guru dapat menyuruh siswa memutar kursi-kursinya secara melingkar ketika guru menginginkan diskusi kelompok.
Adapun bentuk formasi peripheral adalah seperti gambar di bawah ini:

Formasi Peripheral


Bahan Bacaan:
HamidMoh Sholeh. Metode Edutainment. Jogjakarta: DIVA Press, 2011.